TINGGI ANTAR LANTAI DAN SEKAT

Tinggi Antarlantai Tinggi antarlantai yang ideal itu adalah 3 meter, namun apabila memiliki keterbatasan dana dan material bisa saja dibawah itu, namun apa yang kita terapkan didalam RBW tentu saja ada kelebihan dan kekurangannya. Jangan ragu, semua ada solusi asal mau dikerjakan. Buku ini hanya menceritakan tinggi rendahnya bangunan, untuk itu silahkan baca secara seksama. Tinggi ideal itu 3 meter dan harus setiap 4 meter persegi ada 10 lubang angin angin, jadi tinggi 3 meter aja 10 lubang apalagi dibawah 3 meter. Ini berdasarkan standarisasi. Untuk bahan perbandindangan silahkan buat suatu contoh ruangan yang rendah dan minim angin angin, maka temperatur yang ada didalam akan mendekati derajat celcius dan akan terasa hawa panas yang pengap. Justru itulah kolaborasi antar ruang, yaitu tinggi antar lantai, jumlah angin- angin dan air. Semua unsur ini sangatlah penting untuk membuat suhu ruangan yang sejuk dan bisa dikendalikan. Berdasarkan pengalaman yang ada dilapangan sangat jarang bangunan rendah yang sukses, hanya beberapa saja itupun karena dipengaruhi lokasi yang memang banyak populasi dan belum ada saingan. Namun, apabila diarea persaingan atau area central serta banyak gedung berdiri kemungkinan akan sulit bersaing karena faktor kenyaman dalam gedung. Rata-rata gedung yang berhasil itu memilii ketinggian yang ideal karena selain faktor suhu, burung walet juga bisa merasa aman karena jauh dari jangkauan dan akses yang luas untuk keluar masuk. Sebaiknya sebelum membangun harus perhatikan ketinggian antarlantai, kebanyakan orang membuat RBW di Era Millenial ini semakin tinggi keatas semakin rendah. Maksudnya seperti ini Lantai dasar pertama tingginya 3 meter, lantai kedua tingginya 2,7 meter, lantai ketiga 2,5 meter atau sama 2,7 meter kemudian disambung dengan plafon atau atap. Jelas bangunan dengan ketinggian seperti ini yang paling sejuk itu hanya lantai pertama saja. Tinggi gedung seperti ini sebenarnya kurang efektif karena panas itu semakin keatas semakin panas, maka ruangan juga harus semakin luas agar panas tidak mudah cepat sampai kebawah. Saya rasa penjelasan ini bisa dimengerti. Jadi seperti apa tinggi yang yang ideal? Menurut penulis tinggi ideal yang bagus itu semakin keatas semakin tinggi bukan semakin keatas semakin rendah. Misal, lantai pertama 2,75 meter, lantai kedua 3 meter, lantai ke ketiga 3,25 suhu akan hampir merata antar lantainya apalagi menggunakan desain lantai dan lubang angin yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya. Jelas saja suhu akan terasa. Semakin luas ruangan maka tidak akan pengap, semakin sempit mungkin anda bisa membayangkan dan membuktikan sendiri. Itulah pembahasan mengenai perlunya memperhatikan tinggi antar lantai, ini diadopsi dari berbagai macam teori dan praktek dilapangan. Semoga bisa membantu. Sekat Sekat atau pembatas merupakan salah satu istilah yang sering dipertanyakan dalam RBW, Apakah perlu sekat atau tidak? Tentu saja hal ini juga menjadi bahan perbincangan dari segi bentuk dan fungsinya. Melalui buku ini penulis sedikit menjelaskan mengenai sekat. Bentuk sekat ada beberapa macam misalnya sekat gantung dan sekat full. Sekat gantung hanya menggunakan sekat mulai dari 30 s.d 50 cm. Sedangkan sekat full adalah kebalikannya hanya membuat lubang masuk yang menyerupai LMB yang biasanya diletakan didepan mulut ruang inap. Sekat biasanya ada yang menggunakan terpal, kain, ambal, triplek dan berbagai nmacam bahan lainnya. Sekat biasanya diperuntukan untuk menahan cahaya agar tidak langsung masuk keruang inap dan juga untuk membentuk suatu ruangan atau membagi ruangan. Sebenarnya sekat ini akan berfungsi tergantung dari bangunan kita sendiri. Apabila bangunan itu lebarnya minimalis dan panjangnya juga sederhanya tidak dianjurkan untuk melakukan penyekatan seperti bangunan 4x8 meter kemudian banyak sekat akan mempersulit akses burung keluar masuk kedalam RBW. Fungsi sekat selain sebagai pembatas tentunya juga untuk mengurangi intensitas cahaya dan membantu meredam bunyi yang berlebihan atau polusi suara yang ada dilingkungan sekitar serta membuat walet juga mudah menandai tempat dia bersarang. Jadi saran dari penulis sebelum lakukan penyekatan jangan gunakan sekat jika bangunan anda minimalis jikalaupun ada jangan terlalu banyak agar akses burung luas dan mudah menjelajahi RBW. Gunakan bahan yang tidak bergerak dan tidak memantulkan warna agar tidak menganggu kenyaman walet salah satunya terpal atau kai tipis yang mudah bergerak, hal ini akan membuat walet takut untuk mendekat karena ada gerakan didalam ruangan apabila tertiup angin dari ventilasi. Untuk sekat yang disarankan itu melihat intensitas cahaya yang masuk. Apabila LMB sejajar dengan Matahari dan cahaya langsung masuk kerung inap maka perlu melakukan penyekatan agar bisa membendung cahaya yang masuk. Ukuran penyekatan pun disesuaikan dengan RBW minimal sekat dari atas itu 60 cm dari samping itu 70 cm dan lubang masuk ruangan itu minimal 80x80 cm. Jangan gunakan lubang masuk ruang inap yang kecil seperti ukuran LMB karena akan mempersulit akses burung walet. Peternak dapat menghemat melalui pemilihan bahan material dan. pengaturan luasan bangunan walet. Untuk bahan material yang murah, peternak dapat menggunakan kayu. Apabila ketersediaan kayu terbatas, peternak bisa menggunakan batu bata. Agar lebih hemat, pemasangan bat bata bisa setengah atau seperempat dengan posisi berdiri. Umumnya peternak menggunakan bahan padat seperti papan atau tripleks sebagai sekat. Secara ekonomis, kain lebih murah dibanding tripleks. Selain itu, kain juga bisa langsung dipakai, sedangkan tripleks harus dikeringanginkan dahulu agar bau khas kayu hilang. Dari luasan 4 m x 8 m itu se'daknya terdapat 2 ruang dengan fungsi berbeda. Ruang pertama sebagai ruang putar berfungsi sebagai tempat terbang alias berputar walet sebelum masuk ke ruang sarang. Sementara ruang kedua ruang sarang. Fungsinya tempat untuk bersarang walet. Pembuatan bangunan bisa bertingkat atau sejajar. Rumah monyet yang menjulang membuat penampilan iumah walet seluruhnya menjadi lebih tinggi dari bangunan lain. Itu akan memudahkan walet untuk masuk. Selain itu, dapat berlayar walet muda yang baru belajar terbang, Walet muda yang akan memilih rumah yang memiliki posisi lubang masuk lebih tinggi. Harap maklum, gaya terbang walet muda bergerak lurus ke depan karena ia belum mahir melakukan.manuver. Kehadiran walet muda memang diharapkan dapat menghasilkan populasi walet di bangunan bertambah. Letak rumah monyet paling baik di depan, tengah, dan belakang dari bangunan itu. Ru kah itu perlu dibuatkan lubang masuk di penjuru mata angin, tanpa perlu melihat Arah walet datang. Ukuran lubang masuk bervariasi, minimal 50 cm x 30 cm. Namun, ada pula yang memakai ukuran 100 cm x 30 cm. Singkat kataukuran itu harus cukup nyaman untuk keluar-masuk walet. Dewasa ini banyak sekali praktisi dan konsultan yang bermunculan dalam penanganan RBW. Jelas kita sudah banyak melihat baik itu dari Lokal, konsultan dari luar daerah dan sebagainya. Ada yang membaginya lewat Youtube, Facebook, Grup WhatsApp, Telegram, dan media sosial lainnya, yang jelas semua sangat bermanfaat dan bisa membantu dikalangan perwaletan. Melalui buku ini penulis akan merangkum berbagai macam metode atau cara yang digunakan para praktisi dalam RBW.

STANDARISASI RUMAH BURUNG WALET

Standarisasi rbw merupakan hal wajib diketahui oleh para petani walet untuk mempercepat bw untuk menginap. Di dalam membangun RBW tentunya tidak lepas dari segi desain dan tata ruang. Untuk tata ruang sudah sedikit dibahas di Bab 3 mulai dari lantai, dinding, dan ventilasi. Jadi di bab ini hanya dihubungkan saja dengan Bab 3 tapi pembahasannya akan di mulai dari LMB. Adapun materi yang akan diutarakan pada bab ini yaitu 1.Lubang Masuk Burung (LMB) 2.Terowongan (Void) 3.Luas Antar Lantai (LAL) 4.Sekat Lubang Masuk Burung (LMB) Lubang Masuk Burung atau LMB merupakan titik yang sangat menentukan bagi suatu RBW, LMB merupakan akses keluar dan masuknya burung, semua RBW pasti punya LMB baik itu lubang naga atau pun lubang samping. Ukuran LMB, ukuran kadang menjadi pembahasan petani dan menjadi pertanyaan mendasar dalam pembuatan RBW. Untuk ukuran LMB menurut penulis minimal 40 cm x 70 cm. Kenapa demikianr? Karena ukuran lubang sangat memberi pengaruh burung walet ketika melakukan adaptasi di gedung baru, karena walet mencari rute keluar masuk yang mudah dan tidak terhalangi oleh suatu benda apapun, oleh karena itu penempatan LMB juga sangat mempengaruhi RBW. Arah LMB yang pas, biasanya LMB selalu diletakkan di bagian tengah dinding, padahal sebenarnya perlu diperhatikan kemana arah beputar dari koloni walet. Biasanya agak cenderung ke pinggir atau samping. Jarak ideal adalah 60cm dari kiri dan 70cm dari atap. Arah LMB yang benar adalah dari arah koloni walet pulang menuju ke central walet, ini dikenal dengan istilah jemput bola, jadi LMB harus mengarah keburung pulang bukan dari arah mata angin, arah matahari terbit, dsb. Jika arah burung walet terhalang oleh sesuatu benda atau dinding boleh saja membuat diarah lain tetapi gunakan twitter 4 penjuru atau dikenal dengan hexagonal twitter agar suara panggil bisa terdengar dari arah manapun. Apabila suara respon walet pasti singgah bermain dan mencari lubang masuk. Penempatan LMB juga harus memperhatikan letak void atau terowongan dan akses masuk ke ruang inap. Pada era sekarang LMB harus sejajar dengan Void agar memudahkan walet langsung manuver kedalam ruang inap. Void (Terowongan) Void atau terowongan atau istilah apa saja yang menyatakan akan hal ini, kita berbicara bahasa umumnya saja yang sudah dikenali oleh masyarakat atau petani pada umumnya. Jelas saja akan timbul pertanyaan berapa ukuran void yang ideal untuk rbw. Banyak sekali penulis jumpai RBW yang voidnya kurang ideal atau tidak sesuai dengan ukuran rbw. Ukuran yang bagus untuk void yaitu 35% dari bangunan. Jangan takut kalau void luas, justru BW senang jikalau ruang putar mereka luas dibanding terlalu sempit karena susah melakukan manuver. Mengapa lebih baik luas dari pada sempit secara ilmiah apabila ruangan sempit maka tekanan udara juga kurang, sedangkan BW mengandalkan udara untuk manuver. Luas Void kadang juga menjadi kendala bagi petani, ketidaktahuan petani pemula dengan tata ruang RBW menjadi alasan yang utama dalam kegagalan dalam budidaya walet. Banyak sekali RBW yang dijumpai dengan void yang kurang dari 35% dari luas RBW. Bagaimana cara menghitunganya, ini bukan hal yang Baku tapi hal yang flexibel atau menyesuaikan dengan kondisi RBW yang ada. Ambillah contoh RBW 8m x 12m ambillah void 4m x 4m agar bw mudah mengakases ruang inap dan bermain main didalam gedung. Intinya sesuaikan dengan kondisi bangunan dan sejajarkan dengan LMB. Contoh lain misalkan gedung ukuran 4*8 ambilla void semua lebarnya atau 4 tinggal sesuaikan panjangnya misal 4*2,5 atau selebihnya. Intinya apabila ukuran lebar minimal 4 ambillah 4 meternya sebagai luas void, dan apabila lebar mulai dari 6,8,10, juga bisa dimulai dari lebar 4 meter. Void yang ideal sangat membantu perkembangan produksi rumah burung walet karena rasa aman dan nyaman berada didalam gedung. Luas void juga membantu menekan suhu panas didalam ruangan, itulah sebabnya mengapa void itu harus luas selain membuat nyaman bw manuver juga bisa menekan suhu agar tidak terlalu panas karena banyak yang bisa dilakukan dan difungsikan di void salah satunya pemakaian sistem pengairan atau rembesan air. Untuk bangunan panjang usahakan gunakan 2 void, mengapa demikian agar bw mudah masuk dari lantai satu kelantai lainnya. Namun Void yang utama adalah void yang sejajar dengan LMB, void kedua yang dimaksud itu diletakkan didalam ruang inap minimal 40*60 Centimeter. Untuk lebih jelas buka halaman 33 tentang lantai. Berikut gambar RBW dengan 2 Void.
Penjelasan gambar diatas sudah tertera di Bab sebelumnya, tinggal bagaimana petani berkreasi dan memodifikasi. Beginilah sebenarnya void yang ideal apalgi bangunan yang berskala panjang.

Desain dan Tata Ruang lantai 2

Lantai Dua Lantai dua atau lantai kedua bagian dari rbw apabila anda membangun 2 s.d 4 lantai, lantai 2 juga punya peran penting untuk menghubungkan antar lantai. Pastinya setiap lantai punya peran penting karena ada tata ruang yang harus dilakukan didalam ruangan, dilantai dua tepatnya disamping atau disetiap sisi ruangan harus ada lubang yang berbentuk selokan untuk menghububgkan antara lubang dengan selokan lantai dasar karena setiap dinding akan dialiri air. Perhatikan gambar berikut.
Pada gambar tersebut disetiap pinggir lantai dilubangi selebar 40 cm meter. Adapun fungsi dari lubang ini pertama membuat suhu merata dari lantai dasar kelantai atas. Kedua, memudahkan mengaliri air di dinding dan agar air langsung jatuh ke lantai dasar tepatnya diselokan. Ketiga memudahkan membuang kotoran apabila ada debu-debu atau bekas pengerjaan fungsi lainnya juga banyak tapi intinya adalah agar suhu merata setiap ruangan dan mudahn memainkan air dan udara. Dengan cara seperti ini maka gedung akan sejuk karena memadukan antara udara dan air. Selain itu, dilantai dua juga perlu dibuat lubang sebesar 40x60 cm untuk memudahkan burung manuver turun kebawah tanpa harus kembali ke void dan masuk kelantai yang lain tapi sudah ada lubang antar lantai. Biasanya begitu burung masuk dari lmb ke ruang inap dan main-main didalam hanya akan singgah di satu lantai saja. Jadi penulis menyarankan untuk membuat lubang antar lantai minimal 40x60cm agar ada akses burung turun dari lantai atas kebawah. Sebagai ilustrasi perhatikan gambar berikut.
Pada gambar diatas berupa ilustrasi pergerakan burung ketika masuk kedalam ruangan. Dengan adanya lubang didalam ruangan akan memudahkan burung mengakses semua ruangan disemua lantai dan bagaimana sebaliknya seandainya tidak ada lubang didalam inap bw akan kesulitan untuk mengakses lantai lainnya apalagi misalkan bangunan kita terdiri atas beberapa lantai. Biasanya bw hanya mengakses ruang yang lebih dekat saja tapi begitu kita sediakan lubang bw akan mudah keluar masuk disemua ruangan tapi kalau akses kurang maka bw akan disitu situ saja dan harus kembali lagi ke void baru bisa turun kebawah. Perhatikan gambar berikut.
Pada gambar diatas memperlihatkan tidak adanya lubang didalam lantai inap dan tentu saja bw akan kesulitan mengakses ruang lain. Perhatikan alur panah dari gambar tersebut hal ini membuktikan dengan adanya lubang maka akses untuk kelantai lain akan lebih mudah. Dapat disimpulkan untuk lantai kedua harus punya lubang ruang inap minimal 40x60cm dan lubang samping seperti penjelasan diatas. Untuk ventilasi samakan saja dengan lantai dasar yaitu setiap 4 meter ada minimal 9 lubang angin. Lantai 3 Pada pembahasan dilantai pertama dan kedua sudah banyak dikupas mengenai ventilasi, lubang ruang inap dan lubang disetiap sisi ruangan. Untuk lantai 3 hampir sama saja dengan lantai kedua, namun akan berbeda apabila RBW kita hanya 3 lantai karena akan ada atap diatasnya dan merupakan lantai terakhir dan merupakan tempat air mengalir dari dinding lantai 3 jatuh ke lantai dasar. Kalaupun seandainya bangunan kita ada empat lantai maka untuk lantai 3 samakan saja dengan lantai kedua. Jadi penulis berasumsi dan beranggapan bahwa bangunan yang digarap hanya 3 lantai. Lalu, bagaimana tata ruang lantai terakhi? Lantai terakhir adalah lantai yang biasanya paling panas. Bagaimana Solusinya? Pada lantai 3 lapisan atasnya harus diperhatikan karena merupakan ruangan yang paling tinggi dan banyak terkena sinar matahari otomatis ruangan akan terasa panasnya. Untuk lantai 3 sebaiknya diberi lapisan atau plafon agar bisa membantu meredam panas. Jarak yang ideal dari lantai ke atap sekitar 1,5 meter dan lantainya dilapisai dengan aluminium voiln dan bahan peredam panas lainnya. Selain itu juga bisa didesain sebuah kolah air yang mengalir dan diberi atap diatasnya agar panas tidak mudah masuk karena kalau ada air suhu akan terjaga karena air yang bergerak kemudian ditiup angin akan terasa dingin. Untuk dinding lantai ketiga atau lantai terakhi harus ada pipa ¾ in yang sudah di lubangi seperti lubang jarum sepanjang pipa dan sudah tersambung dengan aliran air. Hal ini perlu diperhatikan untuk memberi pipa disetiap pinggiran dinding sabagai rembesan dari atas kebawah. Air yang mengalir akan membasahi seluruih dinding rbw dan melewati setiap lubang pinggiran antar lantai, itulah fungsi selokan dan lobang pinggiran yang sudah dibahas dilantai dasar dan kedua yaitu sebagain akses air untuk rembesan dinding dan tertampung di selokan. Dengan begitu suhu panas akan terdam apalgi ditambah tiupan angin dari ventilasi kuku yang sudah dimodifikasi sebelumnya. Sistem ini disebut sistem rembesan dinding biasanya dimaikan dipukul 15.00 s.d 16.00 jeda satu jam kemudian dinyalakan lagi pukul 5.30 s.d 18.30 sebelum burung pulang. Adapun alasan penjelasan jam diatas karena puncak panas itu ada di jam 3 sore. Jadi untuk mengeluarkan hawa panas kita harus memainkan air selama 1 atau 2 jam jadi begitu bw pulang ruangan sudah sejuk dan bisa bw betah otomatis bikin bw menginap. Perhatikan gambar berikut.
Pada gambar ini pipa bisa disimpan disekeliling ruang inap dan bisa di void yang penting ketika air jatuh tidak mengenai lantai setiap ruang inap tapi melewati pinggiran lubang yang sudah dibuat tembus kelantai dasar. Inilah salah satu rahasia mendinginkan gedung dan standarisasi. Tapi belum semuanya selesai disini ini masih 60% jadi diperhatikan cara kerjanya. Fungsi rembesan ini menghalangi panas masuk langsung keruangan dan terjadi proses penguapan dan uap ini akan menimbulkan hawa panas, disinilah peran ventilasi yang membawa uap panas keluar dan menggnti dengan udara segar dijam – jam sore menjelang magrib atau saat burung sudah mau pulang, apalagi hal ini konsisten dilakukan dan ditunjang oleh suara respon akan membantu percepatan menginap untuk gedung baru dan berkembang untuk gedung lama. Pembahasan mengenai lantai dan dinding sudah dikupas tinggal anda praktekkan dan rasakan dampaknya, apabila ini dilakukan anda akan membuktikan hasilnya sendiri secara langsung. Lantai juga harus dilapisi bahan uang tidak mudah terserap air dan lantai juga tidak boleh ada celah sedikit pun yang mengakibatkan kotoran bw bisa jatuh kelantai lainnya. Standarisasi rbw merupakan hal wajib diketahui oleh para petani walet untuk mempercepat bw untuk menginap. Di dalam membangun RBW tentunya tidak lepas dari segi desain dan tata ruang. Untuk tata ruang sudah sedikit dibahas di Bab 3 mulai dari lantai, dinding, dan ventilasi. Jadi di bab ini hanya dihubungkan saja dengan Bab 3 tapi pembahasannya akan di mulai dari LMB. Adapun materi yang akan diutarakan pada bab ini yaitu Lubang Masuk Burung (LMB) Terowongan (Void) Luas Antar Lantai (LAL) Sekat

Tata Ruang RBW (Desain Lantai 1)

Pada pembahasan kali ini saya akan memberikan pemahaman bagaimana tata ruang yang baik tapi hanya dari segi fungsi bukan dari segi konstruksi bangunan, yang dimaksud disini adalah tata ruang lantai dasar bukan bentuk fisik berupa batu besi dan material lainnya. Tata ruang adalah salah satu kunci sukses dalam budidaya walet tanpa desain yang baik bisa menghambat perkembangan RBW anda seperti yang diharapkan. Desain disini tentunya harus memperhatikan standarisasi gedung walet dan akses burung bermain serta bisa mengatur pengairan dalam ruangan. Dewasa ini apabila tidak memperhatikan tata ruang yang benar atau asal membangun saja bisa jadi rbw akan mengalami banyak kendala. Seperti banyak hal yang telah ditemukan dilapangan. Minimnya pengetahuan tentang standarisasi gedung membuat sebagian petani galau dan rbw tidak berkembang. Desain yang akan dibahas pada buku ini diadopsi dari youtube master walet dan diambil dari seorang pakar walet kemudian dikembangkan dan dimodifikasi berbagai macam bentuk karena rbw lebih memperhatikan fungsi daripada bentuk dan memperhatikan hasil daripada tampilan. a. Lantai Dasar Pertama kita akan memulai dari lantai dasar dulu, karena disini letak beberapa item yang akan ditempatkan didalam ruangan tanpa harus diketahui orang lain. Perhatikan Gambar berikut.
Pada gambar diatas disetiap sisi gedung ada kolam air atau sejenis selokan selebar 30 cm s.d 50 cm dan juga ada kolam sesuai besar void RBW untuk menampung air jatuh dari atas. Selokan ini berfungsi untuk aliran air dan kotoran yang jatuh agar mudah dibawa keluar. RBW harus punya selokan agar air tidak mengendap didalam ruangan. Selain itu selokan ini berfungsi sebagai penampung air yang jatuh dari dinding antar lantai, karena metode standarisasi gedung yaitu setiap gedung harus dialiri air karena itulah harus ada selokan setiap sisi ruangan dan lobang pembuangan keluar untuk memudahkan kita juga ketika melakukan sterilisasi atau pembersihan. Untuk tahap ini saya rasa pembaca sudah memahami maksud dari selokan yang saya gambarkan, kemudian kita akan lanjut kedinding bagian lantai 1 atau lantai dasar. Setiap dinding rbw harus juga memperhatikan sirkulasi udara yang keluar masuk karena walaupun ada air tidak ada udara suhu akan sulit untuk didapatkan. Jadi kunci dari ilmu perwaletan itu ada pada air dan udara, lalu bagaimana menggabungkan supaya bisa mendapatkan suhu ideal. Sudah dijelaskan tadi bahwa setiap dinding rbw akan dialiri air, namun belum sampai ke bagian lantai atas masih diterangkan dilantai pertama atau dasar saja. Kita membahas dinding lantai dasar atau dinding pertama, Setiap 4 meter panjang bangunan baik dari segi panjang ataupun lebar harus memiliki minimal 9 lubang angin baik itu berupa paralon atau ventilasi berukuran 25 cm x 100 cm di setiap 4 meter baik dari segi panjang atau lebar yang harus diberi kuku memanjang keluar sepanjang 15cm. Tentu saja pembaca akan bertanya mengapa harus menggunakan paralon atau ventilasi seperti yang disebutkan diatas. Hal ini memudahkan angin masuk dan keluar di jam jam yang sudah ditentukan agar ketika waktu walet datang dan berkunjung udara ruangan terasa sejuk dan segar karena suhu yang ideal. Untuk lebih jelasnya silahkan perhatikan gambar dibawah ini.

Pada gambar diatas terlihat bahwa setiap 4 meter dinding rbw ada 9 lobang angin berupa paralon 4 inchi yang dibiarkan lebih memanjang keluar sepanjang 15 cm agar angin mudah masuk dari arah yang kita inginkan, jadi minimal 9 lebih tidak masalah, ventilasi ini sudah banyak dipakai dan dibuat oleh petani walet, ventilasi ini ditemukan oleh salah satu pakar perwaletan dan disebut (Ventilasi Kuku), jadi ventilasi kuku ini diarahkan ke arah mata angin yang bertiup kencang agar memudahkan angin masuk kedalam ruangan. Ventilasi juga tidak dipasang searah tapi ada beberapa ventilasi dipasang diarah yang berlawanan hal ini untuk mengantisipasi arah angin karena arah angin bisa berubah kapan saja. Itulah mengapa ventilasi kuku setiap 4 meter minimal 10 agar mudah membagi arah masuk angin. Lebih banyak lebih bagus namun seperlunya saja sesuai dengan keperluan. Berikut gambar ventilasi kuku yang dimaksud.

Ventilasi kuku ini sangat mudah dibuat dan sudah dipraktekkan penulis di channel youtube, apabila kurang memahami silahkan nonton videonya langsung di channel master walet. Dapat disimpulkan untuk lantai dasar RBW harus memiliki selokan untuk menampung air rembesan dinding, kolam untuk menampung air yang jatuh dari atas (titik emas) dan ventilasi yang cukup agar ruangan mudah mengatur sirkulasi udara. Selain itu hal ini wajib untuk dilakukan petani agar menjaga persaingan antargedung dan persaingan sesama petani. tonton disini

Perhatikan Desain dan Tata Ruang Rumah Walet

Desain dan tata ruang merupakan salah satu syarat wajib yang harus dipenuhi dalam budidaya walet, karena hal ini sangat mempengaruhi akses keluar masuk burung walet. Di era millenial ini ada yang dikenal dengan istilah rooving Room, Nesting Room dan lain-lain sebagainya. Istilah ini sudah banyak diungkapkan oleh para Konsultan, Praktisi, dan Peneliti baik itu di media sosial berupa Facebook, whatsapp, Youtube maupun media sosial lainnya. Namun dalam buku ini penulis akan memberikan gambaran tata ruang dan desain yang baik agar petani walet dengan mudah memahami bagaimana desain yang baik untuk berbagai macam fungsi. Tentu saja memperhatikan akses burung keluar masuk menjadi salah satu fokus utama dari pembahasan penulis. Desain gedung walet atau RBW harus memperhatikan beberapa hal diantaranya luas bangunan, tinggi antar lantai, dan ruang tempat berputar burung, karena burung perlu akses kenyaman untuk masuk dan menginap kedalam RBW atau gedung walet yang kita buat. Tinggi ideal antar lantai itu mininimal 3m, hal ini menurut penulis karena suhu mudah untuk dimainkan karena pada umumnnya semakin rendah bangunan akan semakin panas apalagi ventilasi atau angin-angin kurang atau tidak memenuhi syarat. Selain itu, lebar bangunan juga harus diperhatikan, karena biasanya bangunan banyak disinari oleh matahari dari samping setiap hari. Hampir 12 jam lamanya sisi gedung disinari matahari, tentu saja hal ini sangat mempengaruhi suhu yang ada didalam gedung. Desain gedung yang ideal mampu meredam cahaya matahari dan menjadikan suhu lebih stabil serta membuat gedung lebih sejuk. Suhu menjadi salah satu kunci sukses dalam budidaya walet karena burung walet cendrung menyukai suhu yang lebih sejuk. Untuk suhu sudah diutarakan di bab sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan untuk desain gedung yang ideal yaitu tinggi lantai minimal 3 m dan lebar gedung juga harus ideal. Lebar ideal yang dimaksud disini yaitu berkisar 6 s.d 10 m. Minimal lebar yang ideal untuk standar gedung yaitu 6 m. Alasan dari peneliti mengenai lebar 6 m ini karena apabila sisi kanan dan kiri disinari matahari maka proses penguapan tidak akan sampai kedalam atau ketangah gedung. Perhatikan gambar dibawah ini.
Pada gambar diatas terlihat disetiap sisi bangunan akan mudah terkenar sinar matahari apalagi dengan kondisi tanah yang plong yang mudah disinari matahari secara keseluruhan dari setiap sisinya. Jelas saja bangunan akan terasa panas apalagi hanya menggunakan satu lapisan saja maka dapat dipastikan hawa panas akan mudah masuk kedalam ruangan. Jelas saja hal ini menjadi pro dan kontra mengapa penulis menyarankan untuk minimal lebar 6 meter sedangkan banyang RBW minimalis ukuran 4x8 misalnya tetapi tetap berisi dan berkembang, perlu diketahui untuk menjawab RBW minimalis bisa berkembang itu disebabkan bebagai macam faktor diantaranya faktor situasi dan lokasi dari RBW tersebut berada. Misalkan tidak ada gedung lain atau hanya gedung tunggal tapi sekarang di era millenial ini sangat banyak RBW yang berdiri dan masyarakat berlomba-lomba membangun, dari situasi ini lah penulis menyarankan sebelum membangun pertimbangkan lebar bangunan agar membantu meredam suhu karena suhu adalah kunci utama RBW. Alasan ini penulis utarakan karena dari pengalaman selama menangani gedung di Indonesia mulai dari Pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan daerah lainnya. Alasan ini ditemukan ketika bertemu dengan salah satu petani senior pemilik RBW di berbagai macam daerah. Ketika berbincang bincang peneliti menanyakan jumlah RBW yang dimiliki dan hasilnya mengejutkan sekali, ternyata beliau memiliki puluhan RBW dan masing-masing memiliki lebar minimal 20m. Inilah yang menjadi alasan penulis untuk memberikan gambaran dan benar alasannya sangat masuk akal. Sebagai contoh apakah ada petani dari Chinese yang memiliki RBW yang sempit atau lebar yang minimalis, saya hampir tidak menemukan. Rata-rata RBW produktif itu panjang dan lebarnya tidak sama seperti RBW kita Pribumi. Saya tidak membandingkan hanya memberi gambaran mengapa RBW mereka (Chinese) lebih banyak berkembang dan menguasai perwaletan dan panen puluhan kilo karena secara standar mereka menang satu langkah dari kita yaitu suhu. Jadi kesimpulan dari ukuran RBW yang dimaksud penulis yaitu minimal 6 meter untuk membantu meredam suhu, bisa saja ukuran minimalis misal 4m tapi harus memperhatikan lapisan-lapisan dalamnya dan harus banyak dilapisi dengan bahan-bahan anti panas yang sudah banyak dipakai oleh para petani sekarang.

TATA CARA PANEN DAN TEKNISNYA

Panen

Usaha  budidaya  walet  adalah  usaha  pembudidayaan  walet  di  dalam gedung   yang   dibangun   sedemikian   rupa   sehingga   menyerupai   gua   yang merupakan  habitat  asli  walet  dengan  tujuan  mendapatkan  hasil  yang  berupa sarang burung walet.

Pengelolaan yang di maksud dalam usaha budidaya walet adalah cara atau teknik yang digunakan dalam usaha budidaya walet. Sistem pengelolaan dalam usaha  budidaya  walet  meliputi  pemilihan  lokasi,  bentuk  dan  ukuran  gedung, teknik memancing, pemeliharaan gedung, dan pemanenan.    

Sarang   burung   walet   dapat   diambil   atau   dipanen   apabila keadaannya sudah memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan. Pola panen sarang burung dapat dilakukan  oleh pengelola gedung  walet dengan beberapa cara, yaitu:


Panen Rampasan


Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini   tidak   baik   dalam   pelestaraian   burung   walet   karena   tidak   ada peremajaan.   Kondisinya   lemah   karena   dipicu   untuk   terus   menerus membuat    sarang    sehingga    tidak    ada    waktu    istirahat.    Kualitas sarangnyapun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.


Panen Buang Telur

Cara  ini  dilaksanankan  setelah  burung  membuat  sarang  dan bertelur  dua  butir.  Telur  diambil  dan  dibuang  kemudian  sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.

3)  Panen Penetasan

Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya  adalah  burung  walet  dapat  berkembang  biak  dengan tenang dan aman sehingga populasi burung dapat meningkat.

Adapun waktu panen adalah:

a)  Panen 4 kali Setahun

Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni dan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang telur.

b)  Panen 3 kali Setahun

Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu panen tetasan untuk panen pertama dan  selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.

c)  Panen 2 kali Setahun

Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak populasi burung walet.

SUHU DAN KONSTRUKSI GEDUNG

Suhu, Kelembaban dan Penerangan

Kondisi kelembapan, suhu, dan pencahayaan pada lingkungan mikro sangat menentukan keberhasilan upaya merumahkan walet dan seriti. Ketiganya harus selalu dipertahankan pada kondisi ideal. Bila ketiga faktor tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya maka walet dan seriti enggan untuk singgah apalagi berkembang biak. Kelembapan ideal lingkungan mikro berkisar 80—954 dan untuk suhu antara 26—29O C. Suhu ideal untuk rumah walet ini umumnya diperoleh di daerah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpi. Semakin tinggi lokasi, sehunya semakin rendah. Kelembapan yang terlalu tinggi akan menyebabkan tumbuhnya jamur pada sirip dan menurunkan kualitas sarang walet, yaitu sarang menjadi kenyal dan berwarna kusam sampai hitam. Kelembapan yang terlalu rendah akan menurunkan kualitas sarang dan menyebabkan walet tidak mau kawin. Suhu yang tinggi membuat sarang walet cepat kering, mudah remuk, bentuknya kurang sempurna, dan berukuran kecil.

Untuk kebutuhan cahaya, walet dan seriti agak berbeda. Walet sangat menyukai tempat yang gelap sampai remang-remang. Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan penerangan yang mirip dengan  gua-gua  alami. Suhu  gua  alami  berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-90%.

Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:

Melapisi plafon dengan  sekam setebal 20 cm

Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.

Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” satu lubang, berdiameter 4 cm.

Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.

Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap. 


Bentuk dan Konstruksi Gedung

Umumnya, rumah walet seperti era mileneal untuk ukuran minimalis yaitu 4x8 meter dengan tinggi 12 meter, masing-masing lantai mempunyai tinggi 3 meter. Ada juga luasnya bervariasi dari 10x15 m2  sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi.

Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen dapat disirami dengan aroma/ parfum yang sudah banyak di produksi di era mileneal ini.

Kerangka atap dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayu- kayu yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat. Jenis Kayu yang banyak digunakan para petani walet adalah kayu Kenanga dan kayu Meranti, Atapnya terbuat dari genting.

Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar- putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang menghadap ke arah burung walet lewat dan dinding lubang dicat hitam.


KEGUNAAN SARANG WALET DAN LOKASI YANG BAIK

Kegunaan Sarang Walet

Sarang  walet  berkhasiat  sebagai  obat  untuk  kesehatan   yang biasanya dikonsumsi dengan cara dicampur dengan obat atau makanan. Sarang walet kebanyakan dipercayai memiliki khasiat dan obat oleh mayoritas masyarakat Cina baik didalam maupun luar negeri. 

Sarang walet dimanfaatkan untuk memperkuat kerja organ-organ tubuh terutama paru- paru,   meningkatkan   daya   kerja   syaraf,   memperbaiki   pencernaan, mengobati muntah darah, sakit batuk, kanker, menjaga vitalitas, meningkatkan  daya  tahan  tubuh  dan  memperbarui  sel-sel  tubuh  yang rusak. 

Sarangnya yang terbuat dari air liurnya (saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.

Sarang walet harganya sangat mahal sehingga membuat banyak orang tertarik dan beramai-ramai mencoba peruntungan dibidang perniagaan sarang walet dengan membuat rumah-rumah walet buatan yang disesuaikan  dengan  lingkungan  habitat  aslinya.  Teknik  budidaya  walet pada prinsipnya sama dengan setiap lokasi. Walet dapat di budidayakan di dalam gedung yang baru dibangun, di dalam rumah seriti, atau di dalam gedung walet yang sudah di pakai sebelumnya. Biaya membuat rumah walet cukup mahal dan biasanya waktu yang dibutuhkan hingga walet mau bertempat tinggal sekitar 3 tahun.

Sarang walet rumahan memiliki harga yang lebih mahal dari pada sarang walet dari alam dikarenakan memiliki mutu dan kualitas yang lebih bagus. Sarang walet rumahan memiliki warna yang lebih putih dan bersih dibandingkan   sarang   walet   gua   yang   cenderung   berwarna   putih kekuningan   dan   bercampur   dengan   bulu-bulu   yang   menyebabkan berwarna hitam.


Persyaratan Lokasi

Dalam merencanakan gedung atau rumah walet perlu diperhatikan hal-hal seperti bentuk dan konstruksi rumah, bentuk ruangan dan jalan keluar masuk walet, cat rumah dan pencahayaan, kelembapan dan suhu ruangan, serta adanya tembok keliling gedung sebagai pengaman dari gangguan.

Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang burung walet, yaitu: lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan, faktor makanan serta teknik memancing walet. Semua faktor ini sangat penting untuk keberhasilan budidaya sarang burung walet. Di samping itu, gedung  burung  walet  harus  seperti  gua  liar  karena  itulah  habitat  asli burung walet.

Persyaratan lingkungan lokasi Rumah Burung Walet (RBW) adalah:

Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl. Pada umumnya, walet tidak mau menempati rumah atau gedung di atas ketinggian 1000 m dpl. Tempat yang paling ideal adalah dataran rendah dengan ketinggian di bawah 1000 dpl dengan suhu rata-rata 26Âșc.

Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi danperkembangan  masyarakat.  Pada  umumnya,  perkembangan tersebut   dapat   berdampak   bagi   kehidupan   sriti   maupun   walet, misalnya kebisingan suara mesin, suara mesin, suara mobil, dan alat- alat pabrik, serta pemakaian insektisida dan sampah beracun dari pabrik yang banyak mematikan serangga, oleh karena itu daerah yang relatif murni dan alami paling tepat untuk tempat tinggal walet.

Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging karena burung tersebut sering membunuh burung-burung yang masih lemah  sebagai  makanannya.  Jenis  burung buas  antara  lain  burung elang, alap-alap, dan burung rajawali.

Persawahan,  padang  rumput,  hutan-hutan  terbuka,  pantai,  danau, sungai, rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat untuk berburu makanan bagi walet.

Suatu lokasi  yang di sekitarnya banyak  sriti. Hal itu menandakan bahwa daerah itu cocok dipakai untuk mengembangkan walet.

BURUNG WALET DAN JENIS LAINNYA

Burung Walet

Walet  adalah  burung  penghasil  sarang  yang harganya  sangat mahal.   Sarang   itu   terbentuk   dari   air   liur   burung   walet.   Untuk mendapatkan sarang walet bernilai jual tinggi, maka perlu diketahui jenis walet yang dapat menghasilkan sarang yang berkualitas baik.

Burung walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya. Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berkembang biak. 

Walet hanya keluar saat mencari makan dan tidak pernah menetap di tempat terbuka. Karenanya, burung ini juga sering mendapat julukan swifts atau burung layang-layang. Jika sedang   istirahat,   walet   akan   bergantung   di sarang dengan cara mencengkramkan kuku kakinya yang tajam ke sarangnya. Namun, jika sampai jatuh ke tanah atau lantai, walet tidak dapat mengentakkan kakinya sebagai tumpuan sehingga lama-kelamaan burung ini mati kehabisan tenaga karena terus berusaha untuk terbang.

Sarang  burung  walet  merupakan  komuditas  yang  memiliki  nilai  jual sangat tinggi. Pengelolaan budidaya burung walet membutuhkan faktor fisik dan faktor  non  fisik  dan  merupakan  suatu  kesatuan  yang  tidak  dapat  dipisahkan. Antara faktor satu dengan yang lainya harus saling mendukung. Faktor fisik meliputi topografi dan suhu. Aspek non fisik meliputi cara pengelolaan usaha budidaya walet. Rumah walet yang akan dibangun harus memenuhi persyaratan yang terutama yang berkaitan dengan penentuan tempat atau lokasi pembangunan rumah walet.

Menarik  walet  untuk  datang  ke  gedung  yang  baru  dibangun  memang cukup  sulit.  Hal  itu  di  karenakan  walet  belum  mengenal  lokasi  tersebut  dan merasa aman untuk menetap didalamnya selain itu di perlukan juga teknik tertentu untuk menarik walet. Pembangunan gedung walet baru di lokasi yang potensial juga diperlukan cara tertentu agar burung walet mau mendatangi gedung tersebut, menginap, dan bersarang di dalamnya. 

Aspek lain yang juga sangat menentukan keberhasilan dalam usaha budidaya walet adalah cara pengelolaan. Usaha budidaya walet cara pengelolaan meliputi bentuk dan jenis gedung, teknik memanggil dan pemeliharaan serta pola pemanenan. Kepadatan penduduk juga merupakan hal yang sangat menentukan dalam keberhasilan usaha budidaya walet karena aktivitas yang di lakukan oleh manusia seperti kegiatan industri, lalulintas kendaraan, dan polusi dapat mengganggu habitat burung walet sehingga dapat membuat burung walet enggan membangun sarangnya di lingkungan yang ramai dan banyak aktivitas manusia. Aktivitas manusia merupakan penyebab utama terganggunya perkembangan populasi burung walet  sebab aktivitas manusia secara langsung ataupun tidak langsung akan mengganggu serangga sebagai makanan walet.


Jenis

Spesies walet umumnya dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, warna bulu, dan bahan yang dipakai untuk membuat sarang. Walet dan kapinis   sering   dikacaukan   dengan   sebutan   burung   layang-layang. Memang, kedua jenis burung tesebut gemar terbang melayang di udara sehingga dari jarak jauh sulit dibedakan. Walet berbeda sekali dengan kapinis   meskipun   keduanya   memakan   serangga   terbang.   Menurut

kalsifikasi  walet  termasuk  ke  dalam  family  Apodidae,  kakinya  lemah, tidak dapat bertengger sehingga dalam selang waktu terbangnya, kadang kala kapinis bertengger didahan pohon atau kabel listrik.

Burung dari kelompok Hirudinidae bersayap panjang, runcing, dan agak lurus. Pada umumnya, bulu berwarna biru kehitaman. Kakinya kuat serta berjari tiga ke depan dan satu ke belakang. Sarangnya di bangun dari tanah  liat  atau  rerumputan  yang  di  rekat  dengan  air  liur.  Lain  halnya dengan  burung  dari  kelompok  Apodidae  berkaki  lemah  melengkung dengan ekor rata-rata bercelah. Sarang di buat dari air liur atau ada tambahan lain, seperti bulu dan rerumputan yang direkat dengan air liur. Berdasarkan pembagian secara biologi burung walet terbagi atas: 

Collocalia Fuciphagus (walet putih), 

Collocalia gigas (walet besar),  

Collocalia maxima (walet sarang hitam), 

Collocalia brevirostris (walet gunung), 

Collocalia vanikorensis (walet sarang lumut), 

Collocalia esculenta (walet sapi).

Dari keenam jenis walet di atas tidak semua sarangnya dapat di konsumsi. Jenis walet yang menghasilkan sarang tidak dapat dimakan adalah walet  gunung,  walet besar, walet  sarang lumut dan walet sapi. Sementara walet  sarang  hitam  masih  dapat  dimakan  sarangnya setelah telebih dahulu dibersihkan dari bahan  lain  yang terdapat di dalamnya. Walet putih menghasilkan sarang burung yang seluruhnya terbuat dari airl liur

BUDIDAYA WALET MILENIAL

Sudah ratusan tahun Indonesia berdagang sarang burung walet dengan Tiongkok. Produk asal Tiongkok itu sering ditukarkan dengan hasil bumi Indonesia; salah satunya sarang burung walet. Lantas, kapan pertama kali perdagangan sarang burung walet dimulai?

Menurut pakar sarang burung walet di Jakarta, Dr Boedi Mranata, kurun waktu persis pertama kali perdagangan walet di tanah air dengan Tiongkok sulit diperkirakan. Namun, pada abad ke-9, tepatnya tahun 832 masehi, ada kapal karam di perairan Sumatera. Kapal ini berasal dari Tiongkok dan memuat guci sebagai barang dagangan. Guci porselen itu dipercaya sebagai alat barter dengan hasil bumi Nusantara, salah satunya sarang burung walet. Kemudian pada abad ke-14, laksamana Cheng Ho tiba di Nusantara. Sejarah mencatat pada era laksamana Cheng Ho perdagangan sarang burung walet dengan Tiongkok sudah dilakukan. (sumber: https://www.audax.co.id/post/sejarah-liur-emas-di-nusantara)

Indonesia  dikenal  memiliki  sumber  daya  alam  yang  cukup  melimpah. Burung walet sebagai salah satu sumberdaya hayati memiliki nilai yang tinggi, baik dari ekologi fauna maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan estetika. Burung walet yang kemudian menghasilkan sarang walet secara alamiah banyak dijumpai di gua dalam hutan dan gua-gua yang berada dipinggir-pinggir laut. Selain itu sarang walet juga dapat dihasilkan secara buatan pada suatu bangunan atau gedung. Jenis-jenis burung walet dikenal berbagai macam diantaranya adalah Collocalia marginata, Collocalia esculenta, Collocalia brevirostis, Collocalia vanikorensis,  Collocalia  fuciphaga,  Collocalia  troglodytes,  Collocalia maxima dan lain-lain. Sedangkan yang paling sering diperdagangkan sarangnya adalah Collocalia fuciphaga dibudidayakan sebagai burung walet, Collocalia esculenta dibudidayakan sebagai burung seriti, Collocalia maxima (walet gua hitam). 

Sarang walet merupakan hasil dari air liur burung walet yang saat ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi oleh karenanya dibudidayakan. Sarang burung walet produksi Indonesia sebagian besar diekspor ke Hongkong, Singapura, Amerika Serikat, Kanada, Taiwan, dan beberapa negara lain. Di antara negara produsen sarang burung walet lain seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam, Indonesia menguasai hampir 80% pasar sarang walet dunia, terutama sarang walet gedung atau rumah (Iswanto, 2002). Maraknya perdagangan sarang burung walet karena dari sisi konsumen menganggap air liur burung  walet  bermanfaat  untuk  kesehatan.  Sarang  burung  walet  mempunyai khasiat bermacam-macam, termasuk dapat menyembuhkan beberapa penyakit pernafasan,  menghaluskan  kulit,  menambah  kebugaran  tubuh  dan memperpanjang usia.

Negara China sudah mengenal sarang burung walet yang digunakan penduduknya untuk membuat makanan yaitu sop. Sop sarang burung walet telah dikonsumsi  oleh  orang-orang  China  selama  ribuan  tahun.  Sop  sarang  burung walet adalah salah satu jenis makanan yang mempunyai tanda kebesaran di China, sehingga banyak peminatnya terutama berasal dari China (Mackay, 2008). 

Tujuan pasar ekspor sarang burung walet adalah Singapura, Taiwan, Hongkong, China dan belakangan meluas ke Amerika, Kanada dan daratan Eropa dengan harga berkisar USD 2000-3000/kg. Sedangkan di tingkat petani mencapai Rp 13-15 juta/kg (Redaksi Trubus, 2001:23).

Seiring dengan meningkatnya perekonomian China, permintaan sarang burung walet juga semakin meningkat. Oleh sebab itu, industri sarang walet di Asia dan terutama di Indonesia juga mengalami dampak kenaikan. Konsumen lebih menyukai sarang walet Indonesia karena bentuk sarang yang relatif bagus (seperti mangkok dibelah dua), warnanya lebih putih jernih, dan daging sarangnya tidak terlalu tebal sehingga menjadi keistimewaan tersendiri produksi walet dari negara Indonesia. Di Indonesia sebagian besar sarang burung walet dihasilkan dengan menggunakan gedung walet. 

Beberapa alasan yang menyebabkan keberhasilan tersebut diantaranya Pertama, penentuan lokasi yang tepat atau telah memenuhi syarat lingkungan makro yang diinginkan oleh walet yaitu  adanya  unsur  air,  terminal  hunian,  jalur  terbang,  dan  terpenting  adalah daerah dataran rendah. Kedua, para pengusaha walet membuat desain dan konstruksi rumah yang baik, kokoh, dan kuat agar walet mudah berkembang biak. Ketiga, aspek penting dalam pengelolaan budidaya walet secara modern telah diperhatikan yaitu dengan digunakannya teknologi suara burung walet. Hal ini umumnya dilakukan dengan memasang kaset atau USB suara walet dirumah. Adapun beberapa fungsi USB suara Walet yaitu untuk memanggil koloni walet yang baru dibangun, untuk mengamankan proses putar telur sehingga walet-walet muda tidak kabur kegedung lain, untuk mencegah kaburnya populasi walet disebuah gedung akibat salah panen atau hal lain, mempertahankan dan meningkatkan produksi sarang walet. Meskipun demikian, permasalahan seringkali terjadi manakala pengusaha sarang burung walet dengan segala keterbatasannya tidak memahami secara baik teknik budidaya walet secara benar  dan tepat karena miskinnya informasi ataupun referensi-referensi yang tersedia sehingga pendapatan dari sarang burung walet yang diusahakan tidak menguntungkan dan ironisnya banyak yang pada akhirnya menghentikan usahanya ditengah jalan karena dianggap gagal.

Sarang  burung  walet  merupakan  salah  satu  makanan  yang  terkenal  di dunia. Sarang burung walet dipercaya memiliki manfaat yang sangat baik bagi kesehatan tubuh manusia. Karena manfaatnya yang berkhasiat itu maka tidaklah heran jika harganya sangat mahal. Sarang burung walet sudah dikenal di China sejak abad ke-14, pada masa itu sarang burung walet sudah menjadi makanan yang sangat bergengsi khususnya dikalangan kaum bangsawan. Sejak abad ke -17 para pedagang China mulai mengekspor ke Eropa dan Amerika hingga pada akhirnya sarang burung walet menjadi makanan yang terkenal di dunia. Sarang walet, sebenarnya adalah lendir yang dikeluarkan oleh kelenjar yang terdapat pada leher burung. Burung walet di habitat aslinya, mengoleskan lendir di tebing - tebing cadas dalam gua yang gelap gulita, baik gua di bukit kapur maupun gua- gua di tebing pantai yang curam. Lendir itu akan segera mengering dan mengeras hingga membentuk sarang kecil.

Berdasarkan  penelitian  para ahli  gizi,  sarang  walet  mengandung  glycoprotein yang sangat bagus bagi perkembangan tubuh. Departemen Kesehatan RI dalam penelitannya juga mencatat bahwa kandungan sarang burung walet terdiri dari sebagian besar protein, karbohidrat, lemak dan abu. Sarang burung walet juga mengandung protein  yang berbentuk  glycoprotein  yang merupakan  komponen terbesar selain karbohidrat, lemak, dan air jumlahnya mencapai 50 persen. Ditubuh, protein berperan sebagai zat pembangunan. Protein membentuk sel - sel dan   jaringan   baru   dalam   tubuh   serta   berperan   aktif   selama   metabolisme. Berdasarkan hasil penelitian salah satu senyawa turunannya azitothymidine telah diteliti bisa melawan AIDS. Istimewanya lagi  sarang walet sumber asam amino yang lengkap. Tercatat sekitar 17 asam amino esensial, semi esensial dan non- esensial yang dimiliki. Salah satunya kini dikembangkan oleh peneliti-peneliti di barat sebagai pelawan stroke dan kanker. Mineral-mineral sarang walet tak kalah manjurnya  untuk  mendukung aktivitas  tubuh.  Sarang walet  mengandung lima mineral yang sudah diketahui seperti kalsium, besi, phospor, kalium dan natrium (Budiman,  2001:5)  karena  alasan  kesehatan  inilah  yang  menyebabkan  harga sarang burung walet sangat tinggi di pasaran dunia.


Sarang  walet  memiliki  prospek  dan  potensi  perdagangan  yang  sangat bagus untuk dikembangkan. Saat ini Indonesia merupakan produsen sarang walet terbesar didunia. Mencapai lebih dari 80 % sarang walet yang beredar di dunia berasal dari Indonesia. Sarang walet rumahan asal Indonesia menguasai hampir 90% pasokan pasar dunia karena bentuknya yang lebih bersih, lebih putih dan tidak terlalu tebal. Sementara pasar sarang walet hitam dipegang oleh Malaysia karena kualitasnya lebih baik dari pada sarang hitam yang di export oleh negara produsen lain. Sarang walet banyak diminta oleh importir terbesar saat ini yaitu Hongkong dan Amerika Serikat. Jangkauan pasar sarang walet asal Indonesia adalah Hongkong, China, Taiwan, Singapura, dan Kanada.  

Sayangnya prospek pasar yang sangat bagus dan semakin cerah ini tidak diimbangi dengan pengelolaan yang benar dalam budidaya walet. Produksi sarang walet Indonesia dalam beberapa item, misalnya ketebalan sarang, bentuk sarang dan warna sarang kualitasnya masih kurang bila dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam. Penyebabnya adalah teknis pengelolaan budidaya walet yang masih tradisional.


Bukti Respon Suara Master Waler