TINGGI ANTAR LANTAI DAN SEKAT
STANDARISASI RUMAH BURUNG WALET
Desain dan Tata Ruang lantai 2
Tata Ruang RBW (Desain Lantai 1)
Perhatikan Desain dan Tata Ruang Rumah Walet
TATA CARA PANEN DAN TEKNISNYA
Panen
Usaha budidaya walet adalah usaha pembudidayaan walet di dalam gedung yang dibangun sedemikian rupa sehingga menyerupai gua yang merupakan habitat asli walet dengan tujuan mendapatkan hasil yang berupa sarang burung walet.
Pengelolaan yang di maksud dalam usaha budidaya walet adalah cara atau teknik yang digunakan dalam usaha budidaya walet. Sistem pengelolaan dalam usaha budidaya walet meliputi pemilihan lokasi, bentuk dan ukuran gedung, teknik memancing, pemeliharaan gedung, dan pemanenan.
Sarang burung walet dapat diambil atau dipanen apabila keadaannya sudah memungkinkan untuk dipetik. Untuk melakukan pemetikan perlu cara dan ketentuan tertentu agar hasil yang diperoleh bisa memenuhi mutu sarang walet yang baik. Jika terjadi kesalahan dalam menanen akan berakibat fatal bagi gedung dan burung walet itu sendiri. Ada kemungkinan burung walet merasa tergangggu dan pindah tempat. Untuk mencegah kemungkinan tersebut, para pemilik gedung perlu mengetahui teknik atau pola dan waktu pemanenan. Pola panen sarang burung dapat dilakukan oleh pengelola gedung walet dengan beberapa cara, yaitu:
Panen Rampasan
Cara ini dilaksanakan setelah sarang siap dipakai untuk bertelur, tetapi pasangan walet itu belum sempat bertelur. Cara ini mempunyai keuntungan yaitu jarak waktu panen cepat, kualitas sarang burung bagus dan total produksi sarang burung pertahun lebih banyak. Kelemahan cara ini tidak baik dalam pelestaraian burung walet karena tidak ada peremajaan. Kondisinya lemah karena dipicu untuk terus menerus membuat sarang sehingga tidak ada waktu istirahat. Kualitas sarangnyapun merosot menjadi kecil dan tipis karena produksi air liur tidak mampu mengimbangi pemacuan waktu untuk membuat sarang dan bertelur.
Panen Buang Telur
Cara ini dilaksanankan setelah burung membuat sarang dan bertelur dua butir. Telur diambil dan dibuang kemudian sarangnya diambil. Pola ini mempunyai keuntungan yaitu dalam setahun dapat dilakukan panen hingga 4 kali dan mutu sarang yang dihasilkan pun baik karena sempurna dan tebal. Adapun kelemahannya yakni, tidak ada kesempatan bagi walet untuk menetaskan telurnya.
3) Panen Penetasan
Pada pola ini sarang dapat dipanen ketika anak-anak walet menetas dan sudah bisa terbang. Kelemahan pola ini, mutu sarang rendah karena sudah mulai rusak dan dicemari oleh kotorannya. Sedangkan keuntungannya adalah burung walet dapat berkembang biak dengan tenang dan aman sehingga populasi burung dapat meningkat.
Adapun waktu panen adalah:
a) Panen 4 kali Setahun
Panen ini dilakukan apabila walet sudah kerasan dengan rumah yang dihuni dan telah padat populasinya. Cara yang dipakai yaitu panen pertama dilakukan dengan pola panen rampasan. Sedangkan untuk panen selanjutnya dengan pola buang telur.
b) Panen 3 kali Setahun
Frekuensi panen ini sangat baik untuk gedung walet yang sudah berjalan dan masih memerlukan penambahan populasi. Cara yang dipakai yaitu panen tetasan untuk panen pertama dan selanjutnya dengan pola rampasan dan buang telur.
c) Panen 2 kali Setahun
Cara panen ini dilakukan pada awal pengelolaan, karena tujuannya untuk memperbanyak populasi burung walet.
SUHU DAN KONSTRUKSI GEDUNG
Suhu, Kelembaban dan Penerangan
Kondisi kelembapan, suhu, dan pencahayaan pada lingkungan mikro sangat menentukan keberhasilan upaya merumahkan walet dan seriti. Ketiganya harus selalu dipertahankan pada kondisi ideal. Bila ketiga faktor tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya maka walet dan seriti enggan untuk singgah apalagi berkembang biak. Kelembapan ideal lingkungan mikro berkisar 80—954 dan untuk suhu antara 26—29O C. Suhu ideal untuk rumah walet ini umumnya diperoleh di daerah dataran rendah sampai ketinggian 600 m dpi. Semakin tinggi lokasi, sehunya semakin rendah. Kelembapan yang terlalu tinggi akan menyebabkan tumbuhnya jamur pada sirip dan menurunkan kualitas sarang walet, yaitu sarang menjadi kenyal dan berwarna kusam sampai hitam. Kelembapan yang terlalu rendah akan menurunkan kualitas sarang dan menyebabkan walet tidak mau kawin. Suhu yang tinggi membuat sarang walet cepat kering, mudah remuk, bentuknya kurang sempurna, dan berukuran kecil.
Untuk kebutuhan cahaya, walet dan seriti agak berbeda. Walet sangat menyukai tempat yang gelap sampai remang-remang. Gedung untuk kandang walet harus memiliki suhu, kelembaban dan penerangan yang mirip dengan gua-gua alami. Suhu gua alami berkisar antara 24-26 derajat C dan kelembaban ± 80-90%.
Pengaturan kondisi suhu dan kelembaban dilakukan dengan:
Melapisi plafon dengan sekam setebal 20 cm
Membuat saluran-saluran air atau kolam dalam gedung.
Menggunakan ventilasi dari pipa bentuk “L” satu lubang, berdiameter 4 cm.
Menutup rapat pintu, jendela dan lubang yang tidak terpakai.
Pada lubang keluar masuk diberi penangkal sinar sehingga keadaan dalam gedung akan lebih gelap.
Bentuk dan Konstruksi Gedung
Umumnya, rumah walet seperti era mileneal untuk ukuran minimalis yaitu 4x8 meter dengan tinggi 12 meter, masing-masing lantai mempunyai tinggi 3 meter. Ada juga luasnya bervariasi dari 10x15 m2 sampai 10x20 m2. Makin tinggi wuwungan (bubungan) dan semakin besar jarak antara wuwungan dan plafon, makin baik rumah walet dan lebih disukai burung walet. Rumah tidak boleh tertutup oleh pepohonan tinggi.
Tembok gedung dibuat dari dinding berplester sedangkan bagian luar dari campuran semen. Bagian dalam tembok sebaiknya dibuat dari campuran pasir, kapur dan semen dengan perbandingan 3:2:1 yang sangat baik untuk mengendalikan suhu dan kelembaban udara. Untuk mengurangi bau semen dapat disirami dengan aroma/ parfum yang sudah banyak di produksi di era mileneal ini.
Kerangka atap dan sekat tempat melekatnya sarang-sarang dibuat dari kayu- kayu yang kuat, tua dan tahan lama, awet, tidak mudah dimakan rengat. Jenis Kayu yang banyak digunakan para petani walet adalah kayu Kenanga dan kayu Meranti, Atapnya terbuat dari genting.
Gedung walet perlu dilengkapi dengan roving room sebagai tempat berputar- putar dan resting room sebagai tempat untuk beristirahat dan bersarang. Jumlah lubang tergantung pada kebutuhan dan kondisi gedung. Letaknya lubang menghadap ke arah burung walet lewat dan dinding lubang dicat hitam.
KEGUNAAN SARANG WALET DAN LOKASI YANG BAIK
Kegunaan Sarang Walet
Sarang walet berkhasiat sebagai obat untuk kesehatan yang biasanya dikonsumsi dengan cara dicampur dengan obat atau makanan. Sarang walet kebanyakan dipercayai memiliki khasiat dan obat oleh mayoritas masyarakat Cina baik didalam maupun luar negeri.
Sarang walet dimanfaatkan untuk memperkuat kerja organ-organ tubuh terutama paru- paru, meningkatkan daya kerja syaraf, memperbaiki pencernaan, mengobati muntah darah, sakit batuk, kanker, menjaga vitalitas, meningkatkan daya tahan tubuh dan memperbarui sel-sel tubuh yang rusak.
Sarangnya yang terbuat dari air liurnya (saliva). Sarang walet ini selain mempunyai harga yang tinggi, juga dapat bermanfaat bagi duni kesehatan. Sarang walet berguna untuk menyembuhkan paru-paru, panas dalam, melancarkan peredaran darah dan penambah tenaga.
Sarang walet harganya sangat mahal sehingga membuat banyak orang tertarik dan beramai-ramai mencoba peruntungan dibidang perniagaan sarang walet dengan membuat rumah-rumah walet buatan yang disesuaikan dengan lingkungan habitat aslinya. Teknik budidaya walet pada prinsipnya sama dengan setiap lokasi. Walet dapat di budidayakan di dalam gedung yang baru dibangun, di dalam rumah seriti, atau di dalam gedung walet yang sudah di pakai sebelumnya. Biaya membuat rumah walet cukup mahal dan biasanya waktu yang dibutuhkan hingga walet mau bertempat tinggal sekitar 3 tahun.
Sarang walet rumahan memiliki harga yang lebih mahal dari pada sarang walet dari alam dikarenakan memiliki mutu dan kualitas yang lebih bagus. Sarang walet rumahan memiliki warna yang lebih putih dan bersih dibandingkan sarang walet gua yang cenderung berwarna putih kekuningan dan bercampur dengan bulu-bulu yang menyebabkan berwarna hitam.
Persyaratan Lokasi
Dalam merencanakan gedung atau rumah walet perlu diperhatikan hal-hal seperti bentuk dan konstruksi rumah, bentuk ruangan dan jalan keluar masuk walet, cat rumah dan pencahayaan, kelembapan dan suhu ruangan, serta adanya tembok keliling gedung sebagai pengaman dari gangguan.
Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang burung walet, yaitu: lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan, faktor makanan serta teknik memancing walet. Semua faktor ini sangat penting untuk keberhasilan budidaya sarang burung walet. Di samping itu, gedung burung walet harus seperti gua liar karena itulah habitat asli burung walet.
Persyaratan lingkungan lokasi Rumah Burung Walet (RBW) adalah:
Dataran rendah dengan ketinggian maksimum 1000 m dpl. Pada umumnya, walet tidak mau menempati rumah atau gedung di atas ketinggian 1000 m dpl. Tempat yang paling ideal adalah dataran rendah dengan ketinggian di bawah 1000 dpl dengan suhu rata-rata 26Âșc.
Daerah yang jauh dari jangkauan pengaruh kemajuan teknologi danperkembangan masyarakat. Pada umumnya, perkembangan tersebut dapat berdampak bagi kehidupan sriti maupun walet, misalnya kebisingan suara mesin, suara mesin, suara mobil, dan alat- alat pabrik, serta pemakaian insektisida dan sampah beracun dari pabrik yang banyak mematikan serangga, oleh karena itu daerah yang relatif murni dan alami paling tepat untuk tempat tinggal walet.
Daerah yang jauh dari gangguan burung-burung buas pemakan daging karena burung tersebut sering membunuh burung-burung yang masih lemah sebagai makanannya. Jenis burung buas antara lain burung elang, alap-alap, dan burung rajawali.
Persawahan, padang rumput, hutan-hutan terbuka, pantai, danau, sungai, rawa-rawa merupakan daerah yang paling tepat untuk berburu makanan bagi walet.
Suatu lokasi yang di sekitarnya banyak sriti. Hal itu menandakan bahwa daerah itu cocok dipakai untuk mengembangkan walet.
BURUNG WALET DAN JENIS LAINNYA
Burung Walet
Walet adalah burung penghasil sarang yang harganya sangat mahal. Sarang itu terbentuk dari air liur burung walet. Untuk mendapatkan sarang walet bernilai jual tinggi, maka perlu diketahui jenis walet yang dapat menghasilkan sarang yang berkualitas baik.
Burung walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap, terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang/kecil, dan memiliki sayap berbentuk sabit yang sempit dan runcing, kakinya sangat kecil begitu juga paruhnya. Burung walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap dan menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berkembang biak.
Walet hanya keluar saat mencari makan dan tidak pernah menetap di tempat terbuka. Karenanya, burung ini juga sering mendapat julukan swifts atau burung layang-layang. Jika sedang istirahat, walet akan bergantung di sarang dengan cara mencengkramkan kuku kakinya yang tajam ke sarangnya. Namun, jika sampai jatuh ke tanah atau lantai, walet tidak dapat mengentakkan kakinya sebagai tumpuan sehingga lama-kelamaan burung ini mati kehabisan tenaga karena terus berusaha untuk terbang.
Sarang burung walet merupakan komuditas yang memiliki nilai jual sangat tinggi. Pengelolaan budidaya burung walet membutuhkan faktor fisik dan faktor non fisik dan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Antara faktor satu dengan yang lainya harus saling mendukung. Faktor fisik meliputi topografi dan suhu. Aspek non fisik meliputi cara pengelolaan usaha budidaya walet. Rumah walet yang akan dibangun harus memenuhi persyaratan yang terutama yang berkaitan dengan penentuan tempat atau lokasi pembangunan rumah walet.
Menarik walet untuk datang ke gedung yang baru dibangun memang cukup sulit. Hal itu di karenakan walet belum mengenal lokasi tersebut dan merasa aman untuk menetap didalamnya selain itu di perlukan juga teknik tertentu untuk menarik walet. Pembangunan gedung walet baru di lokasi yang potensial juga diperlukan cara tertentu agar burung walet mau mendatangi gedung tersebut, menginap, dan bersarang di dalamnya.
Aspek lain yang juga sangat menentukan keberhasilan dalam usaha budidaya walet adalah cara pengelolaan. Usaha budidaya walet cara pengelolaan meliputi bentuk dan jenis gedung, teknik memanggil dan pemeliharaan serta pola pemanenan. Kepadatan penduduk juga merupakan hal yang sangat menentukan dalam keberhasilan usaha budidaya walet karena aktivitas yang di lakukan oleh manusia seperti kegiatan industri, lalulintas kendaraan, dan polusi dapat mengganggu habitat burung walet sehingga dapat membuat burung walet enggan membangun sarangnya di lingkungan yang ramai dan banyak aktivitas manusia. Aktivitas manusia merupakan penyebab utama terganggunya perkembangan populasi burung walet sebab aktivitas manusia secara langsung ataupun tidak langsung akan mengganggu serangga sebagai makanan walet.
Jenis
Spesies walet umumnya dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, warna bulu, dan bahan yang dipakai untuk membuat sarang. Walet dan kapinis sering dikacaukan dengan sebutan burung layang-layang. Memang, kedua jenis burung tesebut gemar terbang melayang di udara sehingga dari jarak jauh sulit dibedakan. Walet berbeda sekali dengan kapinis meskipun keduanya memakan serangga terbang. Menurut
kalsifikasi walet termasuk ke dalam family Apodidae, kakinya lemah, tidak dapat bertengger sehingga dalam selang waktu terbangnya, kadang kala kapinis bertengger didahan pohon atau kabel listrik.
Burung dari kelompok Hirudinidae bersayap panjang, runcing, dan agak lurus. Pada umumnya, bulu berwarna biru kehitaman. Kakinya kuat serta berjari tiga ke depan dan satu ke belakang. Sarangnya di bangun dari tanah liat atau rerumputan yang di rekat dengan air liur. Lain halnya dengan burung dari kelompok Apodidae berkaki lemah melengkung dengan ekor rata-rata bercelah. Sarang di buat dari air liur atau ada tambahan lain, seperti bulu dan rerumputan yang direkat dengan air liur. Berdasarkan pembagian secara biologi burung walet terbagi atas:
Collocalia Fuciphagus (walet putih),
Collocalia gigas (walet besar),
Collocalia maxima (walet sarang hitam),
Collocalia brevirostris (walet gunung),
Collocalia vanikorensis (walet sarang lumut),
Collocalia esculenta (walet sapi).
Dari keenam jenis walet di atas tidak semua sarangnya dapat di konsumsi. Jenis walet yang menghasilkan sarang tidak dapat dimakan adalah walet gunung, walet besar, walet sarang lumut dan walet sapi. Sementara walet sarang hitam masih dapat dimakan sarangnya setelah telebih dahulu dibersihkan dari bahan lain yang terdapat di dalamnya. Walet putih menghasilkan sarang burung yang seluruhnya terbuat dari airl liur
BUDIDAYA WALET MILENIAL
Sudah ratusan tahun Indonesia berdagang sarang burung walet dengan Tiongkok. Produk asal Tiongkok itu sering ditukarkan dengan hasil bumi Indonesia; salah satunya sarang burung walet. Lantas, kapan pertama kali perdagangan sarang burung walet dimulai?
Menurut pakar sarang burung walet di Jakarta, Dr Boedi Mranata, kurun waktu persis pertama kali perdagangan walet di tanah air dengan Tiongkok sulit diperkirakan. Namun, pada abad ke-9, tepatnya tahun 832 masehi, ada kapal karam di perairan Sumatera. Kapal ini berasal dari Tiongkok dan memuat guci sebagai barang dagangan. Guci porselen itu dipercaya sebagai alat barter dengan hasil bumi Nusantara, salah satunya sarang burung walet. Kemudian pada abad ke-14, laksamana Cheng Ho tiba di Nusantara. Sejarah mencatat pada era laksamana Cheng Ho perdagangan sarang burung walet dengan Tiongkok sudah dilakukan. (sumber: https://www.audax.co.id/post/sejarah-liur-emas-di-nusantara)
Indonesia dikenal memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah. Burung walet sebagai salah satu sumberdaya hayati memiliki nilai yang tinggi, baik dari ekologi fauna maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan estetika. Burung walet yang kemudian menghasilkan sarang walet secara alamiah banyak dijumpai di gua dalam hutan dan gua-gua yang berada dipinggir-pinggir laut. Selain itu sarang walet juga dapat dihasilkan secara buatan pada suatu bangunan atau gedung. Jenis-jenis burung walet dikenal berbagai macam diantaranya adalah Collocalia marginata, Collocalia esculenta, Collocalia brevirostis, Collocalia vanikorensis, Collocalia fuciphaga, Collocalia troglodytes, Collocalia maxima dan lain-lain. Sedangkan yang paling sering diperdagangkan sarangnya adalah Collocalia fuciphaga dibudidayakan sebagai burung walet, Collocalia esculenta dibudidayakan sebagai burung seriti, Collocalia maxima (walet gua hitam).
Sarang walet merupakan hasil dari air liur burung walet yang saat ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi oleh karenanya dibudidayakan. Sarang burung walet produksi Indonesia sebagian besar diekspor ke Hongkong, Singapura, Amerika Serikat, Kanada, Taiwan, dan beberapa negara lain. Di antara negara produsen sarang burung walet lain seperti Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam, Indonesia menguasai hampir 80% pasar sarang walet dunia, terutama sarang walet gedung atau rumah (Iswanto, 2002). Maraknya perdagangan sarang burung walet karena dari sisi konsumen menganggap air liur burung walet bermanfaat untuk kesehatan. Sarang burung walet mempunyai khasiat bermacam-macam, termasuk dapat menyembuhkan beberapa penyakit pernafasan, menghaluskan kulit, menambah kebugaran tubuh dan memperpanjang usia.
Negara China sudah mengenal sarang burung walet yang digunakan penduduknya untuk membuat makanan yaitu sop. Sop sarang burung walet telah dikonsumsi oleh orang-orang China selama ribuan tahun. Sop sarang burung walet adalah salah satu jenis makanan yang mempunyai tanda kebesaran di China, sehingga banyak peminatnya terutama berasal dari China (Mackay, 2008).
Tujuan pasar ekspor sarang burung walet adalah Singapura, Taiwan, Hongkong, China dan belakangan meluas ke Amerika, Kanada dan daratan Eropa dengan harga berkisar USD 2000-3000/kg. Sedangkan di tingkat petani mencapai Rp 13-15 juta/kg (Redaksi Trubus, 2001:23).
Seiring dengan meningkatnya perekonomian China, permintaan sarang burung walet juga semakin meningkat. Oleh sebab itu, industri sarang walet di Asia dan terutama di Indonesia juga mengalami dampak kenaikan. Konsumen lebih menyukai sarang walet Indonesia karena bentuk sarang yang relatif bagus (seperti mangkok dibelah dua), warnanya lebih putih jernih, dan daging sarangnya tidak terlalu tebal sehingga menjadi keistimewaan tersendiri produksi walet dari negara Indonesia. Di Indonesia sebagian besar sarang burung walet dihasilkan dengan menggunakan gedung walet.
Beberapa alasan yang menyebabkan keberhasilan tersebut diantaranya Pertama, penentuan lokasi yang tepat atau telah memenuhi syarat lingkungan makro yang diinginkan oleh walet yaitu adanya unsur air, terminal hunian, jalur terbang, dan terpenting adalah daerah dataran rendah. Kedua, para pengusaha walet membuat desain dan konstruksi rumah yang baik, kokoh, dan kuat agar walet mudah berkembang biak. Ketiga, aspek penting dalam pengelolaan budidaya walet secara modern telah diperhatikan yaitu dengan digunakannya teknologi suara burung walet. Hal ini umumnya dilakukan dengan memasang kaset atau USB suara walet dirumah. Adapun beberapa fungsi USB suara Walet yaitu untuk memanggil koloni walet yang baru dibangun, untuk mengamankan proses putar telur sehingga walet-walet muda tidak kabur kegedung lain, untuk mencegah kaburnya populasi walet disebuah gedung akibat salah panen atau hal lain, mempertahankan dan meningkatkan produksi sarang walet. Meskipun demikian, permasalahan seringkali terjadi manakala pengusaha sarang burung walet dengan segala keterbatasannya tidak memahami secara baik teknik budidaya walet secara benar dan tepat karena miskinnya informasi ataupun referensi-referensi yang tersedia sehingga pendapatan dari sarang burung walet yang diusahakan tidak menguntungkan dan ironisnya banyak yang pada akhirnya menghentikan usahanya ditengah jalan karena dianggap gagal.
Sarang burung walet merupakan salah satu makanan yang terkenal di dunia. Sarang burung walet dipercaya memiliki manfaat yang sangat baik bagi kesehatan tubuh manusia. Karena manfaatnya yang berkhasiat itu maka tidaklah heran jika harganya sangat mahal. Sarang burung walet sudah dikenal di China sejak abad ke-14, pada masa itu sarang burung walet sudah menjadi makanan yang sangat bergengsi khususnya dikalangan kaum bangsawan. Sejak abad ke -17 para pedagang China mulai mengekspor ke Eropa dan Amerika hingga pada akhirnya sarang burung walet menjadi makanan yang terkenal di dunia. Sarang walet, sebenarnya adalah lendir yang dikeluarkan oleh kelenjar yang terdapat pada leher burung. Burung walet di habitat aslinya, mengoleskan lendir di tebing - tebing cadas dalam gua yang gelap gulita, baik gua di bukit kapur maupun gua- gua di tebing pantai yang curam. Lendir itu akan segera mengering dan mengeras hingga membentuk sarang kecil.
Berdasarkan penelitian para ahli gizi, sarang walet mengandung glycoprotein yang sangat bagus bagi perkembangan tubuh. Departemen Kesehatan RI dalam penelitannya juga mencatat bahwa kandungan sarang burung walet terdiri dari sebagian besar protein, karbohidrat, lemak dan abu. Sarang burung walet juga mengandung protein yang berbentuk glycoprotein yang merupakan komponen terbesar selain karbohidrat, lemak, dan air jumlahnya mencapai 50 persen. Ditubuh, protein berperan sebagai zat pembangunan. Protein membentuk sel - sel dan jaringan baru dalam tubuh serta berperan aktif selama metabolisme. Berdasarkan hasil penelitian salah satu senyawa turunannya azitothymidine telah diteliti bisa melawan AIDS. Istimewanya lagi sarang walet sumber asam amino yang lengkap. Tercatat sekitar 17 asam amino esensial, semi esensial dan non- esensial yang dimiliki. Salah satunya kini dikembangkan oleh peneliti-peneliti di barat sebagai pelawan stroke dan kanker. Mineral-mineral sarang walet tak kalah manjurnya untuk mendukung aktivitas tubuh. Sarang walet mengandung lima mineral yang sudah diketahui seperti kalsium, besi, phospor, kalium dan natrium (Budiman, 2001:5) karena alasan kesehatan inilah yang menyebabkan harga sarang burung walet sangat tinggi di pasaran dunia.
Sarang walet memiliki prospek dan potensi perdagangan yang sangat bagus untuk dikembangkan. Saat ini Indonesia merupakan produsen sarang walet terbesar didunia. Mencapai lebih dari 80 % sarang walet yang beredar di dunia berasal dari Indonesia. Sarang walet rumahan asal Indonesia menguasai hampir 90% pasokan pasar dunia karena bentuknya yang lebih bersih, lebih putih dan tidak terlalu tebal. Sementara pasar sarang walet hitam dipegang oleh Malaysia karena kualitasnya lebih baik dari pada sarang hitam yang di export oleh negara produsen lain. Sarang walet banyak diminta oleh importir terbesar saat ini yaitu Hongkong dan Amerika Serikat. Jangkauan pasar sarang walet asal Indonesia adalah Hongkong, China, Taiwan, Singapura, dan Kanada.
Sayangnya prospek pasar yang sangat bagus dan semakin cerah ini tidak diimbangi dengan pengelolaan yang benar dalam budidaya walet. Produksi sarang walet Indonesia dalam beberapa item, misalnya ketebalan sarang, bentuk sarang dan warna sarang kualitasnya masih kurang bila dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam. Penyebabnya adalah teknis pengelolaan budidaya walet yang masih tradisional.